Friday, January 18, 2019

Sharing tentang Membuka dan Mengelola Sasana Ling Tien Kung


Hai teman-teman.. sedikit share pengalaman saya ya.. bulan Agustus tahun 2018 saya resmi menjadi  seorang Instruktur Ling Tien Kung bersertifikasi. Setelah mengikuti pelantikan di Surabaya. Pada akhir acara kami dilantik langsung oleh Laoshe dan resmi menjadi Instruktur Ling Tien Kung tingkat dasar. Lalu ada sedikit speech dari ketua Yayasan MPET2 bpk Brigjen (Purn) Drs Edy Prawoto SH, M.Hum yang menyatakan bahwa setelah menjadi instruktur Ling Tien Kung kami diminta untuk membuka sasana sendiri, karena ada target dari pengurus yayasan bahwa 1 instruktur 1 sasana. Wow.. saya kaget, karena kalau seandainya saya tahu setelah naik tingkat di Ling Tien Kung harus membuka sasana sendiri mungkin saya tidak akan berangkat ke Surabaya dari Jakarta untuk mengambil pelatihan ini. Tapi mau bilang apa, sudah dilantik. Singkat cerita sekarang saya dan istri saya sudah membuka dan mengelola sebuah sasana Ling Tien Kung di kota Depok. Kami menamakan sasana kami ini Sasana Ling Tien Kung Healthy Happy.

Saya yakin bukan hanya saya yang bingung tentang bagaiman caranya membuka sebuah sasana Ling Tien Kung, bagi kalian para Instruktur baru. Baiklah.. saya coba share pengalaman saya waktu membuka sasana Healthy Happy di kota Depok. Saya banyak menganalogikan membuka sasana ini seperti membuka tempat usaha di sebuah wilayah baru.. menurut saya sih analogi ini bisa kita gunakan, karena membuka tempat usaha di sebuah wilayah baru tantangannya mirip dengan membuka sasana baru. Ada 5 point yang saya pilih untuk saya share di tulisan ini:
  1. Memilih Lokasi yang tepat
  2. Merencanakan Konsep Pendanaan Sasana
  3. Studi banding dengan sasana lain
  4. Mengenal Peserta Sasana LTK kita sendiri
  5. Mencari kandidat Instruktur baru di sasana LTK kita


1. Memilih Lokasi yang tepat

Salah satu faktor yang menentukan banyaknya peserta dari sebuah sasana adalah lokasi. Jika sasana diibaratkan sebuah tempat usaha, banyak coach entrepreneurship yang menekankan bahwa kunci dari sebuah usaha adalah lokasi, lokasi dan lokasi, sampai tiga kali lokasi ini disebut. Jika kita terjemahkan kedalam Pembuatan sebuah sasana, maka pemilihan lokasi ini perlu mempertimbangkan beberapa aspek seperti:

  •       Apakah mudah dijangkau oleh orang yang tidak memiliki kendaraan
  •       Apakah ada lahan parkir yang cukup untuk orang yang datang dengan kendaraan sendiri
  •      Apakah orang luar memiliki akses masuk menuju lokasi latihan
  •      Berapa banyak peserta yang bisa berlatih bersama di lokasi yang kita inginkan
  •      Jika hujan apakah ada tempat alternatif untuk berlatih
  •      dll

Kita juga perlu mendekati pemimpin wilayah, cara terbaik untuk bisa lancar dalam pembukaan dan promosi adalah dengan mendekati pemimpin wilayah tempat sasana kita berada. Butuh skill khusus memang untuk bisa dekat dengan pimpinan wilayah. Jika sasana kita berada di halaman sebuah kantor maka pimpinan kantor perlu kita dekati, jika sasana kita berada di taman sebuah perumahan maka pengurus RT dan pengurus RW bahkan kalau perlu Lurah dan Camat perlu juga kita dekati. Efeknya akan jauh berbeda dibanding kita jalan sendiri.

Sekarang sudah era teknologi digital, kita juga bisa melakukan promosi Sasana Ling Tien Kung kita lewat jalur digital, seperti kirim broadcast ke whatsapp grup. Jika teman-teman mengirim satu broadcast tentang latihan Ling Tien Kung, jangan heran kalau broadcast ini akan menyebar kemana-mana dengan sendirinya. Pertama disebabkan karena teknologi digital, yang membuat orang senang sharing informasi dan sharing informasi ini dilakukan dengan sangat cepat. Kedua nama Ling Tien Kung ini sudah cukup menjual, percaya sama saya kalau effort yang kita perlukan tidak terlalu besar untuk mempromosikan Sasana Ling Tien Kung kalian. Orang yang menerima informasi bisa googling sendiri dan akan mendapatkan seabrek testimoni positif tentang Ling Tien Kung.

2. Merencanakan Konsep Pendanaan Sasana

Memang prinsip dasar dari Ling Tien Kung adalah sehat tanpa obat, tanpa alat dan tanpa ragat (bayar). Namun kita juga sama sama tahu kalau sebuah organisasi apapun bentuknya termasuk sasana Ling Tien Kung pasti membutuhkan dana berupa uang kas agar bisa berjalan. Sebuah sasana membutuhkan seperangkat audio untuk memutar instruksi-instruksi gerakan, ini merupakan dana. Jika ada dana lebih maka membutuhkan layar bisa berupa LCD besar ataupun proyektor dan juga laptop, ini juga membutuhkan dana. Belum lagi menyediakan air minum untuk peserta dikarenakan sehabis latihan peserta perlu minum agar mereka tidak dehidrasi, dana lagi kan.. beberapa sasana bahkan menyediakan sarapan seusai latihan, ini juga dana lagi..  Dana ini tidak bisa dihindari sehingga perlu kita rencanakan, persiapan paling minim adalah perlu dipikirkan darimana peralatan audio untuk latihan, apakah meminjam dulu, atau apa yang ada dirumah kita bawa untuk latihan pertama nanti, atau hanya suara dari handphone dikarenakan di awal mungkin peserta hanya dibawah 10 orang saja. Bagaimanapun bentuk latihan, kita sebagai instruktur Ling Tien Kung perlu merencanakan ini. Survey dulu tempat latihan, untuk mencari di mana bisa mendapatkan sumber listrik.

Lalu perlu juga dipikirkan bagaimana dengan konsep pendanaan dari sasana yang ingin kita bangun. Jika mengacu pada pengamatan saya terhadap sasana yang sudah berjalan ada beberapa case yang bisa menjadi sumber pendanaan sasana:
  •          Menetapkan uang iuran per anggota per bulan
  •        Hanya mengandalkan kotak sumbangan seikhlasnya setiap latihan.
  •        Menginduk pada perusahaan, dimana nantinya perusahaan yang akan membiayai operasional dari sasana
  •        Menaikkan sedikit harga pembelian seragam dan buku untuk tambahan uang kas sasana.
  •        Mungkin teman-teman bisa menambahkan ide kreatif tentang bagaimana menambah uang kas sasana LTK kita, tapi ingat.. sebagai instruktur kita tidak menjual ilmu Ling Tien Kung. Kita hanya butuh dana untuk mengelola sasana, mohon tetap pegang kuat prinsip dasar ini.


3. Studi banding dengan sasana lain
Sasana yang kita dirikan bukan satu satunya sasana yang ada, ada banyak sasana yang sudah lama berdiri dan memiliki banyak peserta. Perlu kita sekali sekali dengan sengaja mendatangi sasana lain, sekedar untuk melakukan studi banding. Siapa tahu ada hal baik yang dilakukan di sasana lain yang bisa kita copy paste di sasana kita. Kita sebagai instruktur Ling Tien Kung perlu selalu merasa rendah hati, siap untuk selalu belajar dari siapapun. Janganlah merasa sombong menganggap bahwa sasana kita adalah sasana yang terbaik. Semua sasana memiliki keunikan masing-masing, dikarenakan berlokasi di tempat yang berbeda, memiliki karakteristik peserta yang berbeda pula.
Seorang pengelola sasana LTK yang baik perlu jeli dalam menilai apa saja yang menjadi kekuatan (Strength) dan tantangan (Challanges) dari sasana yang ia bina. Kekuatan dan Tantangan ini sangat dipengaruhi oleh variasi dari peserta dan lokasi sasana. Sehingga kekuatan dan tantangan setiap sasana tentu berbeda-beda. Dengan banyak melakukan studi banding, kita bisa belajar dari pengelola sasana lain yang akan membantu untuk memahami Strength dan Challanges dari sasana kita.

4. Mengenal Peserta Sasana LTK kita sendiri

Jika diibaratkan sebuah bisnis maka peserta sasana LTK adalah customer kita. Kita sebagai instruktur dan juga pengelola sasana LTK perlu dengan sengaja mengenali peserta kita dengan baik. Kita perlu tahu apa motivasi mereka bergabung dengan sasana kita, jika mereka memiliki penyakit kita perlu cari tahu apa yang mereka derita untuk kemudian secara rutin (misal 3 bulan sekali) kita pantau perkembangan kesembuhannya, bagaimana kondisi keuangan peserta dikarenakan walau gratis mereka tetap perlu membeli seragam berupa kaos, celana training dan sepatu. Mungkin perlu membayar iuran bulanan sasana.  Pola hidup mereka juga perlu kita kenali, percuma juga mereka menterapi diri sendiri jika pola hidupnya tidak sehat, mungkin perlu kita edukasi peserta kita agar memiliki pola hidup sehat. Untuk itu sebagai insrtuktur tetaplah membuka diri untuk belajar tentang pola hidup sehat. Kita juga perlu memotivasi peserta kita agar rajin latihan walau tidak di sasana kita.

Cara yang paling mudah dalam mengenali peserta sasana kita sendiri adalah menerapkan sebuah teori di bisnis yang disebut dengan CRM (Customer Relationship Management). Kunci rahasia dari CRM adalah komunikasi dan mencatat. Kami di Sasana Healthy Happy menggunakan form isian anggota sasana yang dirancang khusus oleh istri saya. Namun selain mencatat, saya tetap merekomendasikan sebagai instruktur dan pengelola sasana untuk tetap melakukan komunikasi dengan peserta, kita adalah tuan rumah di sasana. Maka sebagai tuan rumah kita harus ramah. Dalam menjalin hubungan menurut saya kita ajak ngobrol satu per satu, jangan lakukan ngobrol dengan kita sebagai instruktur di depan menggunakan mic. Tapi hampirilah peserta secara bergantian dan buat percakapan itu exclusive khusus untuk dia. Sehingga peserta merasa diperlakukan spesial, buatlah peserta merasa nyaman berada di komunitas yang baru ini. Ketika memulai komunikasi dengan peserta LTK kita sebagai instruktur harus tersenyum. Pak Ganie, selaku ketua korwil LTK Jabodetabek mengajari satu hal yang baik sekali yaitu tersenyum. Senyum akan mencairkan suasana. Setelah senyum kita bisa gunakan teknik FORM aslinya FORM ini adalah Family, Occupation, Recreation dan Message. Tapi kita sedang berada di dunia Ling Tien Kung saya coba gantikan Message dengan Motivation. Artinya kita pertama senyum, lalu bisa melontarkan pertanyaan untuk mencairkan suasana menanyakan tentang keluarga peserta,  lalu tanya tentang pekerjaan atau bisnisnya dia, lalu berkembang apa rekreasi atau hobi yang biasa dia lakukan dalam waktu senggang.. sembari pelan pelan kita tanyakan apa motivasi dia mengikuti latihan Ling Tien Kung. Apakah dia menderita sakit atau hanya menjaga kesehatan. Setelah kita tahu, lalu bandingkan dengan form isian yang ia tulis sendiri. Untuk selanjutnya secara rutin kita tanyakan apakah ada kesembuhan dari sakitnya setelah melakukan terapi Ling Tien Kung, jika ya ada kesembuhan setelah berapa lama, setelah berapa kali latihan. Kita butuh data data seperti ini.  Lalu kita mintakan kesediaan dia untuk suatu saat memberikan testimoni di depan peserta lain, bisa sebelum atau juga bisa sesudah latihan. Keakraban seperti ini akan membuat peserta merasa nyaman berada di sasana kita. Testimoni testimoni dari sesama peserta akan memotivasi semangat latihan.


5. Mencari kandidat Instruktur baru di sasana LTK kita

Kita tidak mungkin sendirian mengurus sasana yang kita bentuk. Butuh partner untuk mengelola sasana, idealnya satu sasana memilliki minimal 6 instruktur, agar cukup orang yang memperagakan, lalu ada yang berkeliling untuk memperbaiki gerakan. Untuk itu sebagai seorang pengelola sasana LTK, kita perlu lihai mencari siapa saja dari peserta di sasana kita yang bisa kita ajak untuk pergi dengan biayanya sendiri menjadi instruktur Ling Tien Kung dan mengabdikan diri ke misi sosial Ling Tien Kung ini. Kita juga perlu bijak menyikapi bahwa semua orang memiliki kelebihan dan kekurangan. Kita tidak bisa menuntut semua orang akan sehebat diri kita. Mungkin saja ada instruktur yang ahli dalam mengelola sasana tapi memiliki keteterbatasan kemampuan dalam membuka sasana baru. Di lain sisi ada beberapa instruktur yang ahli dalam membuka sasana tapi setelah sasana terbentuk lalu merasa bosan, merasa kurang tantangan sehingga kurang ahli dalam mengelola sasana. Sehingga menurut saya pribadi target bahwa satu instruktur satu sasana merupakan target kepengurusan wilayah. Bukan target individual instruktur. Perlu kolaborasi dalam merangkul semua keahlian yang dimiliki oleh para instruktur agar menjadi sebuah keselarasan. Sesuai dengan jiwa Ling Tien Kung, keselarasan, keseimbangan.  

Demikian sharing pengalaman saya.. semoga tulisan ini memacu teman-teman lain untuk juga sharing pengalaman mereka selama menjadi Instruktur Ling Tien Kung.


I'm Healthy and Happy