Hai teman-teman..
sedikit share pengalaman saya ya.. bulan Agustus tahun 2018 saya resmi menjadi seorang Instruktur Ling Tien Kung bersertifikasi.
Setelah mengikuti pelantikan di Surabaya. Pada akhir acara kami dilantik
langsung oleh Laoshe dan resmi menjadi Instruktur Ling Tien Kung tingkat dasar.
Lalu ada sedikit speech dari ketua Yayasan MPET2 bpk Brigjen (Purn) Drs Edy
Prawoto SH, M.Hum yang menyatakan bahwa setelah menjadi instruktur Ling Tien
Kung kami diminta untuk membuka sasana sendiri, karena ada target dari pengurus
yayasan bahwa 1 instruktur 1 sasana. Wow.. saya kaget, karena kalau seandainya
saya tahu setelah naik tingkat di Ling Tien Kung harus membuka sasana sendiri
mungkin saya tidak akan berangkat ke Surabaya dari Jakarta untuk mengambil
pelatihan ini. Tapi mau bilang apa, sudah dilantik. Singkat cerita sekarang
saya dan istri saya sudah membuka dan mengelola sebuah sasana Ling Tien Kung di
kota Depok. Kami menamakan sasana kami ini Sasana Ling Tien Kung Healthy Happy.
Saya yakin bukan
hanya saya yang bingung tentang bagaiman caranya membuka sebuah sasana Ling
Tien Kung, bagi kalian para Instruktur baru. Baiklah.. saya coba share pengalaman
saya waktu membuka sasana Healthy Happy di kota Depok. Saya banyak
menganalogikan membuka sasana ini seperti membuka tempat usaha di sebuah
wilayah baru.. menurut saya sih analogi ini bisa kita gunakan, karena membuka
tempat usaha di sebuah wilayah baru tantangannya mirip dengan membuka sasana
baru. Ada 5 point yang saya pilih untuk saya share di tulisan ini:
- Memilih Lokasi yang tepat
- Merencanakan Konsep Pendanaan Sasana
- Studi banding dengan sasana lain
- Mengenal Peserta Sasana LTK kita sendiri
- Mencari kandidat Instruktur baru di sasana LTK kita
1. Memilih Lokasi yang tepat
Salah satu faktor yang menentukan
banyaknya peserta dari sebuah sasana adalah lokasi. Jika sasana diibaratkan
sebuah tempat usaha, banyak coach entrepreneurship yang menekankan bahwa kunci
dari sebuah usaha adalah lokasi, lokasi dan lokasi, sampai tiga kali lokasi ini
disebut. Jika kita terjemahkan kedalam Pembuatan sebuah sasana, maka pemilihan
lokasi ini perlu mempertimbangkan beberapa aspek seperti:
- Apakah mudah dijangkau oleh orang yang tidak memiliki kendaraan
- Apakah ada lahan parkir yang cukup untuk orang yang datang dengan kendaraan sendiri
- Apakah orang luar memiliki akses masuk menuju lokasi latihan
- Berapa banyak peserta yang bisa berlatih bersama di lokasi yang kita inginkan
- Jika hujan apakah ada tempat alternatif untuk berlatih
- dll
Kita juga perlu
mendekati pemimpin wilayah, cara terbaik untuk bisa lancar dalam pembukaan dan promosi
adalah dengan mendekati pemimpin wilayah tempat sasana kita berada. Butuh skill
khusus memang untuk bisa dekat dengan pimpinan wilayah. Jika sasana kita berada
di halaman sebuah kantor maka pimpinan kantor perlu kita dekati, jika sasana
kita berada di taman sebuah perumahan maka pengurus RT dan pengurus RW bahkan
kalau perlu Lurah dan Camat perlu juga kita dekati. Efeknya akan jauh berbeda
dibanding kita jalan sendiri.
Sekarang sudah
era teknologi digital, kita juga bisa melakukan promosi Sasana Ling Tien Kung
kita lewat jalur digital, seperti kirim broadcast ke whatsapp grup. Jika teman-teman
mengirim satu broadcast tentang latihan Ling Tien Kung, jangan heran kalau
broadcast ini akan menyebar kemana-mana dengan sendirinya. Pertama disebabkan
karena teknologi digital, yang membuat orang senang sharing informasi dan
sharing informasi ini dilakukan dengan sangat cepat. Kedua nama Ling Tien Kung
ini sudah cukup menjual, percaya sama saya kalau effort yang kita perlukan
tidak terlalu besar untuk mempromosikan Sasana Ling Tien Kung kalian. Orang
yang menerima informasi bisa googling sendiri dan akan mendapatkan seabrek
testimoni positif tentang Ling Tien Kung.
2. Merencanakan Konsep Pendanaan Sasana
Memang prinsip dasar dari Ling Tien Kung
adalah sehat tanpa obat, tanpa alat dan tanpa ragat (bayar). Namun kita juga
sama sama tahu kalau sebuah organisasi apapun bentuknya termasuk sasana Ling Tien
Kung pasti membutuhkan dana berupa uang kas agar bisa berjalan. Sebuah sasana
membutuhkan seperangkat audio untuk memutar instruksi-instruksi gerakan, ini
merupakan dana. Jika ada dana lebih maka membutuhkan layar bisa berupa LCD
besar ataupun proyektor dan juga laptop, ini juga membutuhkan dana. Belum lagi
menyediakan air minum untuk peserta dikarenakan sehabis latihan peserta perlu
minum agar mereka tidak dehidrasi, dana lagi kan.. beberapa sasana bahkan
menyediakan sarapan seusai latihan, ini juga dana lagi.. Dana ini tidak bisa dihindari sehingga perlu
kita rencanakan, persiapan paling minim adalah perlu dipikirkan darimana
peralatan audio untuk latihan, apakah meminjam dulu, atau apa yang ada dirumah
kita bawa untuk latihan pertama nanti, atau hanya suara dari handphone
dikarenakan di awal mungkin peserta hanya dibawah 10 orang saja. Bagaimanapun
bentuk latihan, kita sebagai instruktur Ling Tien Kung perlu merencanakan ini. Survey
dulu tempat latihan, untuk mencari di mana bisa mendapatkan sumber listrik.
Lalu perlu juga
dipikirkan bagaimana dengan konsep pendanaan dari sasana yang ingin kita bangun.
Jika mengacu pada pengamatan saya terhadap sasana yang sudah berjalan ada
beberapa case yang bisa menjadi sumber pendanaan sasana:
- Menetapkan uang iuran per anggota per bulan
- Hanya mengandalkan kotak sumbangan seikhlasnya setiap latihan.
- Menginduk pada perusahaan, dimana nantinya perusahaan yang akan membiayai operasional dari sasana
- Menaikkan sedikit harga pembelian seragam dan buku untuk tambahan uang kas sasana.
- Mungkin teman-teman bisa menambahkan ide kreatif tentang bagaimana menambah uang kas sasana LTK kita, tapi ingat.. sebagai instruktur kita tidak menjual ilmu Ling Tien Kung. Kita hanya butuh dana untuk mengelola sasana, mohon tetap pegang kuat prinsip dasar ini.
3. Studi banding dengan sasana lain
Sasana yang kita dirikan bukan satu
satunya sasana yang ada, ada banyak sasana yang sudah lama berdiri dan memiliki
banyak peserta. Perlu kita sekali sekali dengan sengaja mendatangi sasana lain,
sekedar untuk melakukan studi banding. Siapa tahu ada hal baik yang dilakukan
di sasana lain yang bisa kita copy paste di sasana kita. Kita sebagai
instruktur Ling Tien Kung perlu selalu merasa rendah hati, siap untuk selalu
belajar dari siapapun. Janganlah merasa sombong menganggap bahwa sasana kita
adalah sasana yang terbaik. Semua sasana memiliki keunikan masing-masing,
dikarenakan berlokasi di tempat yang berbeda, memiliki karakteristik peserta
yang berbeda pula.
Seorang pengelola
sasana LTK yang baik perlu jeli dalam menilai apa saja yang menjadi kekuatan
(Strength) dan tantangan (Challanges) dari sasana yang ia bina. Kekuatan dan
Tantangan ini sangat dipengaruhi oleh variasi dari peserta dan lokasi sasana.
Sehingga kekuatan dan tantangan setiap sasana tentu berbeda-beda. Dengan banyak
melakukan studi banding, kita bisa belajar dari pengelola sasana lain yang akan
membantu untuk memahami Strength dan Challanges dari sasana kita.
4. Mengenal Peserta Sasana LTK kita sendiri,
Jika diibaratkan sebuah bisnis maka
peserta sasana LTK adalah customer kita. Kita sebagai instruktur dan juga pengelola
sasana LTK perlu dengan sengaja mengenali peserta kita dengan baik. Kita perlu
tahu apa motivasi mereka bergabung dengan sasana kita, jika mereka memiliki
penyakit kita perlu cari tahu apa yang mereka derita untuk kemudian secara
rutin (misal 3 bulan sekali) kita pantau perkembangan kesembuhannya, bagaimana
kondisi keuangan peserta dikarenakan walau gratis mereka tetap perlu membeli
seragam berupa kaos, celana training dan sepatu. Mungkin perlu membayar iuran
bulanan sasana. Pola hidup mereka juga
perlu kita kenali, percuma juga mereka menterapi diri sendiri jika pola
hidupnya tidak sehat, mungkin perlu kita edukasi peserta kita agar memiliki
pola hidup sehat. Untuk itu sebagai insrtuktur tetaplah membuka diri untuk
belajar tentang pola hidup sehat. Kita juga perlu memotivasi peserta kita agar
rajin latihan walau tidak di sasana kita.
Cara yang paling
mudah dalam mengenali peserta sasana kita sendiri adalah menerapkan sebuah
teori di bisnis yang disebut dengan CRM (Customer Relationship Management). Kunci
rahasia dari CRM adalah komunikasi dan mencatat. Kami di Sasana Healthy Happy
menggunakan form isian anggota sasana yang dirancang khusus oleh istri saya. Namun selain mencatat, saya tetap merekomendasikan sebagai instruktur
dan pengelola sasana untuk tetap melakukan komunikasi dengan peserta, kita
adalah tuan rumah di sasana. Maka sebagai tuan rumah kita harus ramah. Dalam
menjalin hubungan menurut saya kita ajak ngobrol satu per satu, jangan lakukan
ngobrol dengan kita sebagai instruktur di depan menggunakan mic. Tapi hampirilah
peserta secara bergantian dan buat percakapan itu exclusive khusus untuk dia.
Sehingga peserta merasa diperlakukan spesial, buatlah peserta merasa nyaman
berada di komunitas yang baru ini. Ketika memulai komunikasi dengan peserta LTK
kita sebagai instruktur harus tersenyum. Pak Ganie, selaku ketua korwil LTK
Jabodetabek mengajari satu hal yang baik sekali yaitu tersenyum. Senyum akan
mencairkan suasana. Setelah senyum kita bisa gunakan teknik FORM aslinya FORM
ini adalah Family, Occupation, Recreation dan Message. Tapi kita sedang berada
di dunia Ling Tien Kung saya coba gantikan Message dengan Motivation. Artinya
kita pertama senyum, lalu bisa melontarkan pertanyaan untuk mencairkan suasana menanyakan
tentang keluarga peserta, lalu tanya
tentang pekerjaan atau bisnisnya dia, lalu berkembang apa rekreasi atau hobi
yang biasa dia lakukan dalam waktu senggang.. sembari pelan pelan kita tanyakan
apa motivasi dia mengikuti latihan Ling Tien Kung. Apakah dia menderita sakit
atau hanya menjaga kesehatan. Setelah kita tahu, lalu bandingkan dengan form
isian yang ia tulis sendiri. Untuk selanjutnya secara rutin kita tanyakan
apakah ada kesembuhan dari sakitnya setelah melakukan terapi Ling Tien Kung,
jika ya ada kesembuhan setelah berapa lama, setelah berapa kali latihan. Kita
butuh data data seperti ini. Lalu kita
mintakan kesediaan dia untuk suatu saat memberikan testimoni di depan peserta
lain, bisa sebelum atau juga bisa sesudah latihan. Keakraban seperti ini akan
membuat peserta merasa nyaman berada di sasana kita. Testimoni testimoni dari
sesama peserta akan memotivasi semangat latihan.
5. Mencari kandidat Instruktur baru di sasana LTK
kita,
Kita tidak mungkin sendirian
mengurus sasana yang kita bentuk. Butuh partner untuk mengelola sasana,
idealnya satu sasana memilliki minimal 6 instruktur, agar cukup orang yang
memperagakan, lalu ada yang berkeliling untuk memperbaiki gerakan. Untuk itu
sebagai seorang pengelola sasana LTK, kita perlu lihai mencari siapa saja dari
peserta di sasana kita yang bisa kita ajak untuk pergi dengan biayanya sendiri
menjadi instruktur Ling Tien Kung dan mengabdikan diri ke misi sosial Ling Tien
Kung ini. Kita juga perlu bijak menyikapi bahwa semua orang memiliki kelebihan
dan kekurangan. Kita tidak bisa menuntut semua orang akan sehebat diri kita.
Mungkin saja ada instruktur yang ahli dalam mengelola sasana tapi memiliki keteterbatasan
kemampuan dalam membuka sasana baru. Di lain sisi ada beberapa instruktur yang
ahli dalam membuka sasana tapi setelah sasana terbentuk lalu merasa bosan,
merasa kurang tantangan sehingga kurang ahli dalam mengelola sasana. Sehingga menurut
saya pribadi target bahwa satu instruktur satu sasana merupakan target
kepengurusan wilayah. Bukan target individual instruktur. Perlu kolaborasi
dalam merangkul semua keahlian yang dimiliki oleh para instruktur agar menjadi
sebuah keselarasan. Sesuai dengan jiwa Ling Tien Kung, keselarasan,
keseimbangan.
Demikian sharing
pengalaman saya.. semoga tulisan ini memacu teman-teman lain untuk juga sharing
pengalaman mereka selama menjadi Instruktur Ling Tien Kung.
I'm Healthy and Happy